Hubungan Manusia dengan Kebudayaan
Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu:
- Manusia sebagai makhluk biologi
- Manusia sebagai makhluk sosio-budaya
Sebagai makhluk biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau otonomi, dan sebagai makhluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi buadaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dapat mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya. Juga memahami, menuliskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia.
Akhirnya terdapat suatu konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisis masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran kebudayaan. Sedangkan pada hewan tidak memiliki kemampuan tersebut. Mengapa hanya manusia saja yang dapat memiliki kebudayaan? Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang kesemuanya itu bersumber pada akal manusia.
Kesimpulannya; bahwa hanya manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa manusia.
Kuncinya adalah bahwa sementara laki-laki dan perempuan sama efektifnya pengumpul, ibu-ibu membawa anak-anak tergantung tidak pemburu efektif. Mereka dengan demikian harus bergantung pada pemburu laki-laki. Hal ini mendukung sistem di mana laki-laki memiliki akses seksual eksklusif untuk perempuan, dan perempuan bisa memprediksi bahwa pasangan seksual mereka akan menyediakan makanan bagi mereka dan anak-anak mereka. Dalam spesies mamalia yang paling hasilnya adalah suatu sistem peringkat atau kompetisi seksual yang mengakibatkan baik poligami, atau seumur hidup pasangan-ikatan antara dua individu yang tinggal relatif independen dari orang dewasa lain spesies mereka, dalam kedua kasus agresi laki-laki memainkan peran penting dalam mempertahankan akses seksual untuk kawin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar